Labil
1 kata yang sering kali aku dengar dan ucapkan akhir-akhir ini.
terlalu sombong memang untuk mengucapkan labelling "labil" pada seseorang, mengucapkan label ini terasa membuat kita seakan jadi orang yang stabil. benarkah kamu sestabil itu untuk menyebut orang labil?
Well,, no need to answer.
Karena memang pertanyaan ini nantinya akan terjawab sendiri, oleh diri kamu sendiri.
sebut saja lah, dalam periode ini saya dan lingkungan sekitar saya sedang merasa terlalu nyaman dengan diri kami sendiri dan kami merasa bahwa kami sedang berada dalam posisi yang cukup stabil dan fully functioned sehingga dengan mudahnya kalimat
kamu labildapat meluncur dengan indahnya dari bibir ini.
Tak masalah untuk menjadi labil,
karena memang kodrat manusia begitu.
tak masalah untuk menjadi labil,
karena memang setiap orang selalu memiliki titik rendah dalam hidupnya
tak masalah untuk menjadi labil,
karena itu adalah bagian dari usaha seseorang untuk menunjukkan afeksinya
Yang masalah adalah,,
saat kelabilan yang ada pada dirimu justru membuat orang-orang disekitarmu menjadi tertular labil dan merusak kenyamanan yang ada.
Secara personal, aku sama sekali tak ada masalah dengan semua hal tentang si Labilisme ini. hal yang lumrah menurut aku untuk sekali-kali mengalami kelabilan.
Kelabilan itu bahkan wajib adanya (menurutku).
Kelabilan itu bukan untuk dihilangkan, tapi untuk dikontrol.
No comments:
Post a Comment