Saturday 31 August 2013

Kami, Si Pemimpi

Kami, Si pemimpi...
Begitulah kata orang-orang.
Kami, Si pemimpi...
Kata orang, kami tidak akan bisa meraih mimpi kami yang begitu tinggi.
Kami, Si pemimpi...
"Sudah sejauh mana usaha kalian? Baru segitu? Kalian beneran mau meraih mimpi itu nggak sih?"
Kami, Si pemimpi...
Beratus bahkan mungkin ribuan kali kami menangis, gundah dan tak jarang kaki ini mulai lelah untuk melangkah. Tangan ini sudah tak kuat meraih. Mulut ini tak lagi mampu untuk bicara.

Kami, Si pemimpi...
Setiap hari berpikir keras, setiap jam merasa deg-degan, setiap menit mempertanyakan dan setiap detik diam-diam mengucap doa demi RidhaNya atas mimpi kami
Kami, Si pemimpi...
Tak jarang merasa marah dengan keadaan dan bahkan diri kami sendiri.
Kami, Si pemimpi...
Melakukan APAPUN demi tercapainya mimpi kami. Berjualan makanan dan buku, membuat seminar dan workshop, ikut kuis-kuis lepas, membantu dosen, menjadi tester psikotes sampai berjualan pernak-pernik dan mainan.
Kami, Si pemimpi...
Telah mencoba semua hal, kadang berhasil dan kadang pun jatuh tersungkur.
Kami, Si pemimpi...
Telah melakukan banyak hal. Hanya satu yang belum kami lakukan, Menyerah. 1 hal ini tidak pernah kami lakukan meskipun sangat menggiurkan untuk dicoba. Tolakan kami untuk menyerah ini pula lah, yang akhirnya membawa kami ke mimpi kami.
Melbourne adalah mimpi kami...
Kami adalah 18 orang Mahasiswa Magister Profesi Klinis UGM Angkatan 8.
Melbourne dan Mapronis8.
2 kata yang terpisah dan terpaut jarak yang jauh.
Tapi, tidak lagi sekarang..
Mapronis8 dan Melbourne, telah melebur jadi 1 dan menghembuskan nafas syukur atas terwujudnya sebuah mimpi.