Sunday 3 November 2013

Belajar tentang Indonesia dengan Bermain ala Pandji

Siapa yang tidak suka bermain? 
Bermain terkadang dianggap sebagai satu aktivitas yang hanya membuang-buang waktu. 

Kalau masih ada yang berpikiran seperti ini, pastilah dia belum pernah mendengar sepotong pemikiran dari seorang "visioner" bernama Pandji Pragiwaksono. 
Nama Pandji memang sudah tidak asing di jagad perkomikan di Indonesia. Jujur, saya sendiri baru ngeh kalau Pandji adalah seorang komik pada tahun 2011. Waktu itu, saya hanya berpikir kalau he's just another comics. 

Ternyata, opini tak beralasan saya terpatahkan oleh fakta. 
Beberapa kali saya iseng buka Youtube untuk menonton beberapa rekaman stand up comedy. Sampai suatu hari, saya menonton sebuah stand up yang dibawakan oleh Pandji. Di rekaman itu, Pandji mengangkat topik tentang legalisasi ganja. Waktu itu saya pikir 
Gila juga nih orang, berani bawain materi ini. Nggak takut di demo? 
Pemikiran ini tidak berlangsung lama, pada akhirnya saya malah terhipnotis oleh Pandji. 
Ini orang pintar banget. Jenius!!! - ucap saya-

Mulai saat itulah saya mengikuti perjalanan Pandji. Saya mengikuti blog kolam komiknya dan terutama, menonton rekaman Tour MDB via youtube.  

Menonton  bagaimana seorang Pandji bercerita tentang kehidupannya dan mengungkapkan berbagai keresahannya di MDB membuat saya menjadi iri. Saya iri melihat para penonton yang tertawa riuh dikala pandji dengan ganasnya melemparkan berbagai celotehannya. Saat itulah saya berjanji pada diri saya sendiri 
Suatu saat kalau pandji buat tour lagi, saya harus nonton!!!

Sabtu, 2 November 2013. Janji itu pun terbayar LUNAS. 
Terima kasih telah membawa Pandji ke kota istimewa, Yogyakarta, @smartfrenworld. 
Terima kasih sudah membantu mewujudkan salah satu impian saya :)

Saya sudah membeli tiket #MesakkeBangsaku Yogyakarta semenjak lebih dari 1 bulan yang lalu. Meskipun deadline tesis membuat saya selalu berharap agar bulan Oktober tidak segera berakhir, rasa bersemangat menunggu kehadiran tanggal 2 November tidak bisa dipungkiri. 




Akhirnya, 2 November 2013 pun datang. 
Saya sampai di AKS Tarakanita sekitar jam 7 malam. Karena agak terlambat datangnya, saya pun harus puas duduk di deretan agak belakang. 

Sekitar pukul 7.35 (jam saya), duet  @oomimot dan @yusrilfahriza pun  mulai membuka acara. Ruangan yang awalnya dipenuhi dengan suara bincang halus, pun berubah menjadi sebuah koor tawa saat duo MC ini mengambil panggung. 
Malam minggu telah dimulai!! Yayyy!!!

Sebagai comics opener dari Yogyakarta, Nanda berhasil mengocok perut para penonton dengan gaya "sok imut ala wota nya" :P. Meskipun belum pernah melihat langsung penampilannya, saya puas dengan penampilannya. Pandji pintar memilih openernya. 

Jika penampilan opener bisa menjadi indikator dari seberapa pecahnya #MesakkeBangsakuYogyakarta, yang didukung oleh @smartfrenworld ini, maka saya yakin malam minggu saya kali ini, akan luar biasa menyenangkan. 

Opener kedua  adalah Kamga Tangga. Lagi-lagi, ini adalah pertama kalinya saya melihat aksinya menjadi komik. Semuanya aja pertama kali nhir, ketahuan deh kan kalau bukan anak gaul :))). 
Ternyata ni orang bocor juga. bit-bit yang disampaikan sangat "berkarakter"- if you know what i mean ;-) -

Setelah dihibur oleh 2 orang opener brilian malam ini, muncullah Sang Bintang. 
Dengan memakai kaos putih #MesakkeBangsaku dibalut dengan jas putih, Pandji masuk panggung dengan diiringi hujan tepuk tangan dari bangku penonton. Sekilas, saya melihat pancaran bangga di matanya. Suatu perasaan yang sangat wajar, karena dia memang pantas untuk berbangga diri melihat ratusan penonton memenuhi AKS Tarakanita untuk mendengarkan keresahannya tentang Bangsa ini. 

Tidak ada menit yang berlalu tanpa senyum lebar, tepuk tangan, tawa lebar dan sesekali wajah ngowoh, berusaha mencerna bit-bit cerdas dan sesuai realita dari pandji. Saya pribadi, terpukau dengan sudut pandang pandji dalam membawakan bit tentang kaum minoritas dan pendidikan Bangsa ini.
Lagi-lagi Pandji berhasil memukau saya. 
Lagi-lagi saya harus mengakui bahwa dibalik "on cue ngondeknya", Pandji telah menunjukkan kelasnya sebagai seorang komik berkualitas. 

#MesakkeBangsakuYogyakarta malam ini, tidak hanya membuat saya terhibur dan tertawa terbahak-bahak, tapi Pandji telah mengambil posisi seorang guru bagi saya, bagi kami, semua penonton. 


Dalam salah satu materinya tentang pendidikan, Pandji mengatakan 
Cara supaya menjadi orang sukses adalah dengan banyak bermain *membayangkan para guru ngomel-ngomel ke Pandji*

Dengan caranya sendiri, Pandji mengajak saya dan penonton lainnya untuk bermain malam ini. 
Pandji mengajak kami bermain sembari melihat potret bangsa ini dari kaca matanya, yang menurut saya adalah kaca mata yang kritis. 

Pandji mengajak kami semua menyadari permasalahan bangsa ini, tapi ia menolak untuk mengambil cara mengeluh dan berontak. 
Justru, Pandji mengajak kami mengenal bangsa ini dengan menertawakan berbagai "keajaiban ala Indonesia". 

Malam ini kami tertawa lepas, kami bersenang-senang, kami bermain bersama dan disaat itulah Pandji menyusupkan pelajaran tentang Indonesia kepada kami.

Cerdik sekali bukan?. 

 Melihat dari judulnya, #MesakkeBangsaku mungkin terkesan seperti satu ungkapan pesimis. Layaknya seorang yang putus asa dan mengatakan "Kasihan ya Bangsaku". 
Seperti pernyataan yang diucapkan seorang Guru Besar Psikologi UGM beberapa hari lalu dalam pidato pengukuhannya 
Permasalahan indonesia tidak akan selesai hanya dengan merasa sedih, menarik nafas apalagi mengasihani Indonesia. Kita harus mulai bergerak. - Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, 2013-

Bergerak seperti apa? 
Bergerak dengan cara apapun yang kamu bisa. 
Kembali mengutip pernyataan Pandji 
"We are what we know"

Pandji mengajak kita untuk terus belajar, agar bangsa ini memiliki generasi yang terdidik. 

Terima kasih untuk pelajarannya yang menyenangkan malam ini, Pandji. 
Ditunggu pelajaran selanjutnya :)


- @Nhira_jiks -


Saturday 31 August 2013

Kami, Si Pemimpi

Kami, Si pemimpi...
Begitulah kata orang-orang.
Kami, Si pemimpi...
Kata orang, kami tidak akan bisa meraih mimpi kami yang begitu tinggi.
Kami, Si pemimpi...
"Sudah sejauh mana usaha kalian? Baru segitu? Kalian beneran mau meraih mimpi itu nggak sih?"
Kami, Si pemimpi...
Beratus bahkan mungkin ribuan kali kami menangis, gundah dan tak jarang kaki ini mulai lelah untuk melangkah. Tangan ini sudah tak kuat meraih. Mulut ini tak lagi mampu untuk bicara.

Kami, Si pemimpi...
Setiap hari berpikir keras, setiap jam merasa deg-degan, setiap menit mempertanyakan dan setiap detik diam-diam mengucap doa demi RidhaNya atas mimpi kami
Kami, Si pemimpi...
Tak jarang merasa marah dengan keadaan dan bahkan diri kami sendiri.
Kami, Si pemimpi...
Melakukan APAPUN demi tercapainya mimpi kami. Berjualan makanan dan buku, membuat seminar dan workshop, ikut kuis-kuis lepas, membantu dosen, menjadi tester psikotes sampai berjualan pernak-pernik dan mainan.
Kami, Si pemimpi...
Telah mencoba semua hal, kadang berhasil dan kadang pun jatuh tersungkur.
Kami, Si pemimpi...
Telah melakukan banyak hal. Hanya satu yang belum kami lakukan, Menyerah. 1 hal ini tidak pernah kami lakukan meskipun sangat menggiurkan untuk dicoba. Tolakan kami untuk menyerah ini pula lah, yang akhirnya membawa kami ke mimpi kami.
Melbourne adalah mimpi kami...
Kami adalah 18 orang Mahasiswa Magister Profesi Klinis UGM Angkatan 8.
Melbourne dan Mapronis8.
2 kata yang terpisah dan terpaut jarak yang jauh.
Tapi, tidak lagi sekarang..
Mapronis8 dan Melbourne, telah melebur jadi 1 dan menghembuskan nafas syukur atas terwujudnya sebuah mimpi.


Saturday 13 April 2013

Smile and Life

Have I ever thought about how complicated my life is?
I have. A lot of time...

Have I ever thought that I had nothing but misery in my  life?
Well,, every once a while, i have.

Have I ever felt that I am the most unfortunate person in this whole world?
Yes, I have..

Have I ever felt that I am doing a worthless life?
Mmmm... I have...

On Monday, April 7th 2013.
Something life changing happened.

On Monday, April 7th 2013.
I felt ashamed, because i ever let myself thought about those things.
Ashamed was not even right to describe my feelings.
Perhaps, "Disgusted" was a perfect word for my feelings at that time.

I felt disgusted of myself because of my habit of grumbling. 
I, who run a pretty colorful healthy life, still grumbling about how bad my life was.
I still grumbling about anything that ain't right.
I still grumbling about everything. Every little things that not even matter.

While,
There they were...
Bunch of children, in very young age, were fighting their cancer.
They had to live with syringe stuck in their arms every days of their life.
They had to bear the pain every seconds of their life.
They had to accept that they could not enjoy their life as normal as the other kids did.
They had to do many things because they HAD to, not because they WANT to.


Were they afraid?
They probably were, but it didn't make them stop smiling

Were they disappointed?
Perhaps, but still. They still enjoy the life

There they were...
Among all those restriction, they still had the urge to smile genuinely.

If those children were that happy to face their life,
Then did  i have a single reason to not to?