Tuesday, 10 August 2010

Satu Akronim bercerita semuanya


Satu kata yang tidak akan pernah selesai untuk dibahas.
Karena memang begitu banyak hal yang akan meluncur keluar dari bibir kalau kamu menyebut kata KKN.
Tanpa banyak kata, aku dengan sangat legowo mengatakan bahwa KKN PPM UGM Unit 113 2010 adalah Kelompok KKN yang paling hebat (tentunya sangat subjektif –but whatever lah yah-) dan aku SANGAT BANGGA untuk menyebut diriku sebagai bagian dari KKN ini.

KKN bukanlah sebuah Kuliah Kerja Nyata tanpa adanya Kisah Kasih Nyata yang melingkupinya. Hambar sepertinya yah kalau KKN tanpa kisah kasih nyata nya (hahaha,,gaya elu nhir, emang udah kkn berapa kali??) karena memang Kisah kasih nyata ini yang membuat intensitas pertemuan kami -ber 24 orang ini- menjadi lebih semarak dan berwarna. Mulai dari nyanyi lagu Galih dan Ratna, Surti dan Tejo versi anak-anak KKN unit 113 dan gojekan-gojekan spontan saat melihat pasangan-pasangan ini bersama-sama. Intinya Cuma satu kok, kami semua mendoakan semoga pasangan Kisah kasih nyata ini langgeng lah (walaupun dengan cara yang agak ekstrem).  

Berpanas-panasan adalah hal yang sudah menjadi makanan kami sehari-hari selama KKN. Kulit menjadi tambah hitam dan belang tampaknya bukan lagi sebuah aib, malah kami jadikan ejek-ejekan periang suasana. Well, kalau aku bilang, kami jadi rembes lah selama KKN. Sampai-sampai anak-anak pada merencanakan buat pijet, ke salon dan lain-lain setelah selesai KKN. 
Yah, inilah yang namanya Pengabdian teman-temanku (walaupun ini belum apa-apa bila dibandingkan pengabdian orang-orang di luar sana yang mengeluarkan ribuan tetes keringat lebih banyak dibanding kita). at least, walaupun Cuma segini, kita sudah pernah lah merasakan bagaimana hidup dan berinteraksi dengan berbagai macam warga desa dari berbagai latar belakang dan tentunya belajar untuk mengerti dan menggunakan bahasa jawa.  
Masih teringat jelas di bayanganku muka-muka bengong tak berdosa saat mendengar para ketua RT, RW dan warga sekitar mengajak kita berbicara dengan bahasa jawa. Semua ocehan penuh semangat itu hanya bisa kita jawab dengan mesam-mesem sambil berkata

Nuwun pak, ini teman-teman banyak yang nggak bisa bahasa jawa” 


dan masih terngiang rasanya seruan senangku saat berhasil mengucapkan kata “pinarak”

Hari senin, rabu dan Jumat adalah hari yang selalu berkesan (terutama bagi sub unit 3). Di hari itu, kami selalu mengadakan TBM (Taman Belajar Masyarakat) yang berlokasi di sebuah SD yang berjarak tak lebih dari 100m dari pondokan kami. Hari pertama TBM, kami semua SHOCK. SHOCK menghadapi anak-anak yang tiba-tiba banyak mengikuti TBM, SHOCK melihat kelakuan mereka yang begitu WOW dan kalau boleh meminjam kata-kata arief 

“Gw boleh bawa rantai nggak TBM selanjutnya?” Hehehe

Separah itu kah? Sebenarnya iya, tapi entah kenapa justru hal itu lah yang makin membuat kami sayang pada mereka. Tanpa sadar, kami selalu membawa cerita tentang kelakuan mereka disela-sela obrolan kami. Kami mulai hapal kebiasaan mereka dan mendengar mereka memanggil-manggil nama kami dengan begitu semangatnya saat kami ada di sekitar mereka merupakan satu harga yang tak akan pernah ternilai sampai kapanpun, mendengar mereka memanggil kami untuk keluar dari pondokan untuk mengajar mereka saat waktu sudah menunjukkan pukul 15.20 seakan telah menjadi satu kebiasaan bagi kami. Walhasil dengan mata sembab sehabis beristirahat sejenak, kami pun menggerakkan badan untuk bersiap menghadapi malaikat-malaikat kecil itu. Hahaha…
Satu hal hebat lagi bertambah, kami berhasil mengambil hati mereka. Walaupun di awal terasa berat dan cukup sulit, tantangan ini akan selalu menjadi tantangan. Tantangan yang akan kami hadapi dengan rantai maya sebagai pengikat mereka supaya bisa terus kami “kendalikan”.

Latihan malam-malam di luar rumah sub unit 2 dan berpanas-panasan di depan sub unit 1 demi mempersembahkan satu kombinasi nyanyian dan tarian yang kami anggap SANGAT EPIK untuk dinikmati para pengunjung International Day adalah salah satu hal lain yang membuat aku semakin BANGGA pada KKN ini. Dibalik keinginan kami yang memang ingin “eksis” juga terselip decakan lelah karena gerakan dan lirik lagu yang terasa dari planet lain dan pastinya susah dihapal , geraman gemas karena gerakan yang tak sinkron antara satu sama lain, perasaan nervous sebelum manggung di hadapan hampir 200an orang. proses ini yang akhirnya mengantarkan kami pada tepukan meriah dan wajah cerah ceria di akhir performance kami. 
See, kami itu memang hebat, kami mampu belajar dan mengajari satu sama lain dengan cepat. Bahkan seorang Boni yang selengean pun bisa hapal lagu manuk dadali. Seriously, aku TERHARU.. Hehehe,, aku yakin bahwa ini adalah salah satu proses yang tidak begitu lama tetapi pasti cukup berkesan dan akan selalu diingat sampai beberapa puluh tahun nanti.

Bukan hanya hal-hal yang menyenangkan yang membuat kami hebat, pada 31 Juli 2010 salah satu teman kami (Anne) kehilangan salah satu anggota keluarganya. Tanpa ba bi bu, kami langsung menyelesaikan seluruh program hari itu dan langsung berangkat ke jogja.
Bahkan Ulet yang baru jam 3 sampai di Beluk pun, jam 4.30 sudah harus berangkat kembali ke jogja untuk melayat. Sampai di rumah Anne, kami tak bisa melakukan apa-apa lagi selain memberikan dukungan moril pada anne dan keluarga. Setelah shalat maghrib, shalat jenazah dan duduk-duduk sebentar kami pun akhirnya pamit untuk pulang kembali ke Beluk, kembali untuk mempersiapkan program yang harus dijalankan besok pagi-pagi sekali dan kembali mengkoordinasikan orang-orang untuk meng cover tugas teman kami yang berhalangan.

Kunjungan ibu bupati makin mengokohkan kehebatan kita sebagai anak KKN dan mahasiswa UGM. Berpegang pada peraturan LPPM yang menyatakan bahwa mahasiswa KKN tidak boleh terlibat dengan berbagai bentuk kegiatan kampanye, kami pun berusaha berpegang kuat pada aturan itu. Awalnya kami yang sudah mencium ada indikasi kampanye di acara ini memutuskan untuk tidak menggunakan atribut KKN dan UGM apapun. Kenyataan berkata lain, ibu kepala desa meminta kami menggunakan jas almamater saat acara seremonial. Kami pun menyanggupi dengan sebuah kesepakatan yang dibuat antara aku dan DPL bahwa

“bila ada bukti langsung bahwa ada kampanye di acara itu, langsung buka jas almamater”. So it be then…

Saat acara evaluasi kegiatan PKK dari Tim PKK Kabupaten Klaten berjalan dan tiba saatnya Perwakilan Kecamatan untuk mengucapkan sambutan, mulailah kampanye berjalan. Kami toleh kiri dan kanan, saling melihat satu sama lain, dan akhirnya jemari kami pun mulai melepaskan kancing jas almamater dan KAMI PUN MEMBUKA JAS ALMAMATER KAMI SAAT ACARA BERLANGSUNG.
Tergolong tindakan yang rebel memang, tapi kami punya alasan yang kuat untuk itu. Kami punya prinsip dan akan terus menjalankan prinsip itu. Satu hal lagi yang membuat kami HEBAT dan entah kenapa, ada perasaan puas yang menyelimuti hatiku saat akhirnya berani melepas jas keramat itu. Puas karena apa? puas karena berani berbuat “nakal” kah? Well,,mungkin saja..

Jangan pernah berpikir kalau aku menyebut KKN ini Hebat karena KKN ini tanpa masalah. Kalau kamu berpikir begitu, KAMU SALAH BESAR. Selayaknya sebuah proses dinamika kelompok, kelompok beranggotakan 24 kepala yang berisi berbagai macam pikiran ini.
Rasanya semua masalah menjadi satu dan disinilah dituntut kesadaran kami sebagai individu dan juga sebagai bagian dari kelompok, serta kedewasaan kami masing-masing. Nggak usah ngomong tentang kelabilan kami, karena bisa dibilang kami semua disini labil, tapi seperti yang aku sebutkan di posting aku sebelum ini, kelabilan itu bukan untuk dihilangkan TAPI untuk dikontrol.
Aku sebagai orang yang sangat emosional, cukup mengalami mood swing yang fluktuatif selama KKN dan aku pun yakin hal yang sama juga kurang lebih terjadi pada 23 orang lainnya. Yang cukup aku apresiasi adalah walaupun mood kami berayun ke kiri dan kanan kedepan kebelakang dengan cukup cepatnya, sebagian besar dari kami masih mampu untuk mengontrol lava-lava yang siap meledak ini sehingga satu pergumulan yang tak efektif dan tak berujung pun bisa terlewati.
Itu salah satu hal yang membuat kami HEBAT, karena aku percaya dan akan selalu percaya bahwa orang-orang yang bisa mengendalikan emosi lah yang pada akhirnya akan jadi pemenang nantinya. Semoga kami bisa menjadi pemenang di akhir perjuangan ini, Ya Allah.


Never take things for Granted

Kembali aku ditampar oleh kalimat ini. Di KKN ini terllau banyak hal-hal kecil yang seakan tak berarti terjadi. Katakanlah percakapan tak penting kami tentang berbagai hal, cerewetan ibu pondokan yang menyuruh kami makan, teguran ibu pondokan kalau makanan yang beliau siapkan tidak habis, teriakan ibu saat menyuruh kami mandi, erangan bosan kami saat si ibu pondokan kembali menyiapkan pecel sebagai lauk makan kami, alasan rapat yang kami lontarkan saat ingin pergi makan bakso dan mie ayam kasmaran, rebutan mandi saat waktu-waktu untuk berangkat program sudah dekat, saling menyuruh mandi saat badan ini begitu lelahnya untuk digerakkan setelah selesai program, wajah-wajah lelah nan rembes, rebutan kasur abang, saling ejek tentang apapun (pipi gembulnya manda, badan sekelnya arief, perut vectornya boni, charly nya diaz, Casablanca nya abang rifat, mobiusnya seto, lemotnya jessy dan dedek bayi nya aku), warung burjonya teh manda, saat-saat bioskop sub unit 3 dibuka (inget saat kita gemes liat endingnya vampire diaries?? Oooh yeah… aku yakin kalau seto ada di TKP saat itu, dia akan sukses dihamuk 4 cewek yang tiba-tiba beringas), konsolidasi ala sub unit 3. Aaaarrghh,,, KKN pun bahkan belum selesai, tapi udah mikir yang ginian aja.

Saat ada kakak tingkat yang bilang

KKN itu bisa ngerubah semuanya, yang temen baik bisa jadi berkonflik, yang selama ini baik-baik aja bisa jadi apa-apa, pokoknya bisa berubah 180 derajat lah.

Well,, without telling the details, I just want to admit that it is kinda true.
Yang jelas, apapun yang terjadi. Aku tetap menganggap KKN ini HEBAT.
Aku bangga jadi bagian dari Kalian Unit 113 
No matter what, I LOVE YOU FULL :)

Friday, 6 August 2010

Labilisme

Labil

1 kata yang sering kali aku dengar dan ucapkan akhir-akhir ini. 
terlalu sombong memang untuk mengucapkan labelling "labil" pada seseorang, mengucapkan label ini terasa membuat kita seakan jadi orang yang stabil. benarkah kamu sestabil itu untuk menyebut orang labil? 

Well,, no need to answer. 
Karena memang pertanyaan ini nantinya akan terjawab sendiri, oleh diri kamu sendiri. 
sebut saja lah, dalam periode ini saya dan lingkungan sekitar saya sedang merasa terlalu nyaman dengan diri kami sendiri dan kami merasa bahwa kami sedang berada dalam posisi yang cukup stabil dan fully functioned sehingga dengan mudahnya kalimat 
kamu labil
dapat meluncur dengan indahnya dari bibir ini. 



Tak masalah untuk menjadi labil, 
karena memang kodrat manusia begitu. 


tak masalah untuk menjadi labil, 
karena memang setiap orang selalu memiliki titik rendah dalam hidupnya


tak masalah untuk menjadi labil,
karena itu adalah bagian dari usaha seseorang untuk menunjukkan afeksinya


Yang masalah adalah,,
saat kelabilan yang ada pada dirimu justru membuat orang-orang disekitarmu menjadi tertular labil dan merusak kenyamanan yang ada. 

 Secara personal, aku sama sekali tak ada masalah dengan semua hal tentang si Labilisme ini. hal yang lumrah menurut aku untuk sekali-kali mengalami kelabilan. 

Kelabilan itu bahkan wajib adanya (menurutku). 


Kelabilan itu bukan untuk dihilangkan, tapi untuk dikontrol