Saturday 15 October 2011

Tengok ke belakang

 Satu kebiasaan yang nggak akan pernah berubah dari aku adalah mengulang-ulang membaca novel, cerpen, majalah, posting blog, diary atau bacaan apapun yang aku suka. 


Dari dulu, entah kenapa. 
Setiap kali aku pulang ke rumah di Samarinda, aku selalu buka kardus atau lemari buku dan mencari novel mana yang akan aku baca ulang. 


Setiap kali aku habis nulis diary atau posting tulisan di blog, aku selalu membuka-buka tulisanku terdahulu dan mulai membaca. 


sampai pernah kakak sepupuku komentar 
kamu tuh nggak bosan-bosannya baca cerita itu terus.
 Dan memang aku nggak pernah bosan. Meskipun aku sudah tahu apa yang diceritakan atau yang aku tulis, aku selalu bisa merasakan emosi dari cerita tersebut. Yang hampir selalu terjadi adalah, aku mendapat pemahaman baru disaat aku (untuk kesekian kalinya) menamatkan cerita itu. 


Terlebih lagi, kalau aku membaca tulisanku yang sudah lama sekali kubuat. 
Kadang, aku terheran-heran dengan apa yang aku tulis sendiri 
Wuih,,,ternyata Nhira yang beberapa tahun lalu bisa juga mikir begini.

Waah,,,ternyata Nhira yang beberapa tahun lalu justru telah mampu melihat dari sudut pandang ini 


Yup,, pemikiran itu sering kali muncul. Seperti malam ini, disaat asyik baca-baca posting terdahulu tiba-tiba mataku menangkap satu kalimat 


Never wish your life will always be smooth as, a little wriggle won’t hurt…
Yakin deh, kita bakal nyampe ke tujuan kita. semua orang berbeda tujuan dan berbeda cara untuk ngedapatinnya. Ada yang nyampe ke tujuannya dengan naik jet (Whoooooz…langsung nyampe), ada juga yang jalannya lurus-lurus aja, dan ada juga yang belok-belok, mampir sana sini dulu, baru deh nyampe.
 Ini kalimat yang aku tulis 2006 lalu. Dan sekarang, Nhira 2011 terkesima saat membaca tulisannya sendiri. 

Saat ini, kalau boleh dibilang, aku sedang dalam masa kerja keras mencapai cita-cita aku. Menjadi Psikolog Klinis itu bukan hal yang gampang. Perlu koneksi yang kuat antara hati, pikiran dan intuisi. Hal itu yang terkadang susah untuk aku pertahankan. 

Terkadang, di satu waktu aku mempertanyakan diriku sendiri 
Bener kamu bisa? Bener ini yang kamu mau? 
Seringkali dorongan untuk menyerah itu muncul, tapi ternyata dorongan untuk terus maju dan berjuang itu 1000x lebih besar. 

Dorongan untuk terus maju itu dilandasi satu pemikiran bahwa aku sekarang lagi ditempa untuk jadi keris yang kuat. Keris yang nggak mudah tumpul dan selalu tajam.

in my current case, aku sedang dibentuk supaya jadi Psikolog Klinis professional dan handal. Untuk jadi seseorang seperti itu nggak mudah. 

Perlu kesabaran, untuk menghadapi lingkungan dan diriku sendiri


Perlu kerja keras, untuk mengalahkan godaan di sekitarku


Perlu kekuatan, untuk membuat badan, hati dan otak selalu sinkron satu sama lain


dan juga perlu Keikhlasan untuk menerima semua yang terjadi selama proses. 




Pemikiran ini muncul beberapa minggu lalu,,
tapi ternyata Nhira di tahun 2006 sudah mampu untuk memikirkan hal yang serupa. 


Well,,,Well,,, bukan berarti Nhira yang 2011 mengalami kemunduran yah. 
Tampaknya Nhira 2011 telah terpapar dengan begitu banyak hal dan begitu banyak pelajaran baru sehingga lupa dengan pelajaran dan pemikiran yang dulu sudah pernah dia mengerti. 


Jadi, pesan singkat untukmu Nhira 2011
Jangan cuma belajar dari lingkungan sekitarmu dan kejadian-kejadian baru di hidupmu, sesekali tengok kehidupanmu beberapa tahun lalu. Ingat dan coba selami kembali apa yang terjadi saat itu. Siapa tahu, kamu justru akan menemukan kepingan ilmu yang sudah kamu lupakan?

Manusia Itu ...

Manusia itu mahluk yang .... (isi sendiri menurut mu)

Kalau menurutku? 
Manusia itu mahluk yang Kuat, tetapi juga rentan. 

Normatif?
Mungkin terkesan begitu, tapi cobalah dengar argumentasiku sebentar. 


Manusia adalah mahluk yang kuat, 
karena seorang manusia mampu menguatkan manusia lainnya dengan berbagai cara. Tengok saja kehidupanmu, kamu bisa menguatkan manusia lainnya dengan duduk diam di sampingnya dan mendengarkan segala ceritanya.

Kamu juga bisa memegang tangannya halus tanpa berkata, tetapi matamu dan tubuhku seakan meneriakkan dukungan tanpa henti. 

Kamu juga bisa berbicara tentang berbagai hal yang terjadi pada hidupmu hari ini, kemarin, minggu lalu bahkan beberapa bulan yang lalu. 


Kamu bisa menceritakan tentang sesuatu yang kamu sukai, yang kamu percayai, yang kamu pikirkan, bahkan sesuatu yang kamu imajinasikan. 


Bahkan, kamu bisa menguatkan seseorang hanya dengan senyum sederhana dari bibirmu. 


Hal-hal sesederhana dari dirimu itu, yang mampu menyentuh hati dan merombak pemikiran manusia lainnya bahkan memberikan semangat untuk keluar dari keterbatasan yang dibuat oleh tangan-tangan tak terlihat. 


Lalu,, disaat seorang manusia mampu melakukan hal sehebat ini pada manusia lainnya, dimana letak kerentanannya? 
Sudah hilangkah sisi kerentanannya? 


Belum..
Manusia tetaplah mahluk yang rentan. 


Manusia memiliki permasalahan, baik itu permasalahan yang telah dimilikinya sejak dahulu kala dan permasalahan yang baru muncul beberapa menit lalu. 


Manusia memiliki kejadian traumatis bahkan berbagai pengalaman subjektif yang sangat mempengaruhi dirinya. 

Pengalaman yang terkadang membuatnya lebih memilih untuk melupakan dirinya. 

Pengalaman yang membuatnya bersembunyi di balik jati diri baru hasil kreasinya dan menyimpan diri lamanya begitu dalam dan begitu tidak tersentuh dunia luar. 


Begitulah manusia menurut aku. 
Manusia yang kuat, tetapi juga rentan. 
Manusia yang mampu mengeluarkan manusia lainnya dari permasalahan, tetapi kesulitan untuk mencari celah keluar dari permasalahannya sendiri. 


Apakah itu salah? 
Tergantung dari sisi mana kamu melihat. 
Dari sudut pandangku, tidak ada yang salah. 
Manusia hidup dan berproses. 
Selama dia masih ingin menikmati kehidupan dan berproses, dia akan menemukan manusia lainnya yang akan membantunya untuk keluar dari lubang permasalahannya. 

Itu yang aku yakini. 

Tulisan ini lahir dari proses pembelajaran selama 1.5 bulan terakhir. 
Terima kasih kepada teman-teman Mapro Klinis UGM VIII yang telah mengajariku tentang fitrah kita sebagai manusia.