Monday, 22 October 2012

Lintasan "Perjuangan"


Ada suatu hal yang menarik dari sebuah pagi
Dia datang dengan membawa banyak hal, terutama suatu hal bernama dilema.

Setiap pagi, 
selalu saja ada perpaduan antara rasa mengantuk, malas dan semangat untuk bangkit dari tempat tidur. 

Aku tidak akan berbohong, 
ada beberapa detik dimana aku selalu bertanya pada diriku sendiri 
"Pagi ini mau beranjak dari tempat ternyaman ini? (baca: kasur) "

Seiring dengan makin tingginya godaan untuk terus merebahkan diri di kasur, 
ternyata dorongan untuk menggerakkan tubuh untuk duduk dan bergerak menjauh dari tempat tidur jauh lebih besar. Okey, 1 dilema berhasil diatasi di pagi ini. 

Beberapa saat kemudian, 
Sebuah motor hitam melaju membelah kota. Belok ke kiri, ke kanan dan sesaat berhenti di sebuah lampu merah. 
Ransel hitam yang menempel di punggung terasa cukup berat,, 
Ingin rasanya melepaskan ransel ini, tetapi bagaimana bisa? 
Hhhhh.... terasa melelahkan ya ternyata.  
 

Satu pemikiran kemudian menyelinap dan mendorong jauh-jauh rasa lelah tadi,,
"Demi sebuah cita-cita!! Bukankah ini yang kamu inginkan? Berjuanglah.."
Itu kata otakku. atau kata hatiku? 
Entahlah... 
Yang jelas, rentetan kata itu cukup untuk membuatku menarik napas panjang beberapa kali dan kemudian menyunggingkan senyum di pagi hari. 
Sebuah senyum pertama, yang dilakukan atas rasa syukur aku masih bisa bertemu dengan hari ini,

Mataku pun mengedarkan pandangannya ke jalanan di sekitarku
Tepat di depanku ada sebuah zebra cross..
Seorang mbah dengan badan terbungkuk-bungkuk membawa bakul di punggungnya menyebrang pas di depanku. 
Ia berjalan dengan cukup cepat tanpa melihat ke kanan dan ke kiri. Tatapannya lurus ke bawah, seakan menandai sesuatu.
Di belakang mbah ini, berjalanlah seorang laki-laki paruh baya dengan tas tangannya. 
Dengan menatap lurus ke depan, ia mengayunkan langkahnya dengan pasti


Disaat itu aku tersadar.. 
Kalau tadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa saat ini aku sedang berjuang, ternyata aku tidak berjuang sendirian. 
Mbah yang membawa bakulnya tadi berjuang, 
Begitu pula dengan laki-laki dengan tas tangannya tadi
Begitu juga dengan penjual bubur ayam yang mendorong gerobak buburnya di ujung jalan tadi
Satpam yang berdiri di dekat ATM pun juga
dan hey,,, bahkan Ibu wati yang tadi membuka dan menutupkan pagar untukku pun sedang berjuang

Tetiba aku merasakan aliran ketenangan saat mengatakan
"Berjuanglah... " 
tadi memudar..

Jantungku berdebar cukup kencang, 
Entah tubuhku sedang berusaha mengatakan apa,,
Mungkin dia berkata bahwa jika aku merasakan  kelelahan,aku disuruh mengakuinya saja. 

Terima saja bahwa aku sedang capek dan badanku lelah. toh dengan mengakuinya bukan berarti aku mengeluh. Justru dengan mengakuinya, aku bisa mengajak tubuhku beristirahat sejenak dan tidak lagi terlalu memaksanya. 

Dengan mengakuinya, aku sadar bahwa perasaan ini wajar untuk dirasakan oleh orang-orang yang sedang "berjuang" sepertiku.. 

Dengan mengakuinya, aku sadar bahwa dalam perjuanganku ternyata aku tidak sendirian. 

Akan ada banyak penyandang ransel, pembawa bakul, pemegang tas tangan, pendorong gerobak, penjaga tempat dan pembuka pagar yang akan terus menemaniku berjalan di lintasan perjuangan masing-masing.. 

Mungkin, suatu saat di masa depan, lintasan kami akan kembali saling bertemu dan bersilangan, hanya untuk sekedar menyapa dan mengatakan 
"Hei,, aku masih berjuang untuk cita-citaku. Kamu juga kan?. Sampai bertemu di perlintasan berikutnya ya!"