Wednesday, 25 November 2009

Hebatnya seorang Ayah



Ada beberapa alasan kenapa ayah begitu istimewa bagi aku.
Dan cerita dibawah ini cukuplah untuk mewakili segalanya.
Walau tak semuanya tulisanku, tapi sangat sama apa yang aku rasakan.

"Biasanya anak-anak yg jauh dari orang tuanya merasa kangeen sekali dgn ibunya.

Lalu bagimana dgn ayah?

Mungkin ibu lebih sering menanyakan keadaan anaknya setiap hari .tp taukah kamu jika ayahmu yg mengingatkannya utk menelfonmu?

Mgkn ibu yg lebih sering mengajakmu bercerita,tp taukah kamu sepulangnya ia bekerja dgn wajah lelah ia selalu menanyakan kabarmu dari ibumu?

waktu kecil..

Ibu mengajari putri kecilnya bermain sepeda. Setelah dia mengganggap kamu bisa ia melepaskan roda bantu di sepedamu, Saat itu ibu menutup mata karena takut anaknya terjatuh lalu terluka.tp ayah dgn yakin menatapmu mengayuh sepeda dgn pelan karena dia tahu putri kecilnya pasti bisa.

Saat kamu menangis meronta meminta boneka yg baru,ibu menatapmu iba,tetapi ayah mengatakan dgn tegas "kita beli nanti,tapi tidak sekarang" karena ia tidak ingin kamu menjadi manja dgn semua tuntutan yg selalu di penuhi.

ketika kamu remaja

kamu mulai menuntut utk keluar malam. Lalu ayah mulai bersikap lebih tegas ketika mengatakan "tidak".
itu utk menjagamu karena kamu adalah sesuatu yg berharga.
Lalu kamu masuk ke kamar membanting pintu.
Tp yg dtg mengetok pintu dan membujuk mu adalah ibu.
Taukah kamu saat itu ayah memejamkan matanya dan menahan diri,karena Dia sangat ingin mengikuti keinginanmu. Tp lagi2 dia harus menjagamu.

saat seorang cowok mulai sering datang mencarimu, Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia. Dan sesekali menguping atau mengintip saat kmu sdg brdua di ruang tamu. Tahukah kmu dia merasa cemburu?

dan saat dia melonggarkan sedikit peraturan, kamu melanggar jam malamnya. Ia duduk di ruang tamu menunggu mu pulang dgn sangat2 khawatir. Wajah khawatir itu mengeras ketika melihat putri kecilnya pulang terlalu larut. Dia marah. Karena hal yg di takutinya akhirnya datang "putri kecilnya sudah tidak ada lg"

saat Ayah sedikit memaksamu utk menjadi seorang dokter, ketahuilah bahwa ia hanya memikirkan masa depanmu nanti. Tp toh dia tetap tersenyum saat pilihanmu adalah menjd seorang penulis.

sampai saat Ayah harus melepasmu di bandara. Bahkan badannya terlalu kaku utk memelukmu. Ia hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini-itu. Dia ingin menangis seperti Ayah yg menangis dan memelukmu erat. Tp dia hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya dan menepuk pundakmu berkata "jaga diri baik2 ya" Agar kamu kuat utk pergi.

saat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester, pulsa, dan kehidupanmu, orang pertama yg mengerutkan kening adalah Ayah. Berusaha mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dgn yg lain.

ketika permintaanmu bukan lg sekedar meminta boneka baru, dan ia tau ia tidak bisa memberikan. Dia sangat ingin mengatakan "iya nak,nanti kita beli" dan saat kata2 yg keluar adalah "tidak bisa" dari bibirnya. Tahukah kamu Ia merasa gagal membuat anaknya tersenyum.

saat kamu sakit dan tidak berada di dekatnya. ayah terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak berkata "sudah di blg jgn minum air dingin!".berbeda dgn ibu yg memperhatikanmu dgn lembut.
ketahuilah saat itu ia benar2 khawatir dgn keadaanmu.

dan saat meng-upload beberapa foto di fb,myspace,dll Ayah kadang bertanya "dari sekian banyak fotomu, koq foto ayah ga ada ya?" dengan bercanda. tapi tau kah kamu saat itu hatinya sedih bukan kepalang.

saat kamu dalam perjalanan dan kehujanan, ayah adalah orang pertama yang akan mencarimu sambil membawa jas hujan untukmu walau dia harus kehujanan.

dan di saatnya nanti kamu wisuda sebagai seorang sarjana. Ayah adalah org pertama yg berdiri dan memberi tepuk tangan utk mu. Dia yg tersenyum bangga dan puas melihat "putri kecilnya yg tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

sampai saat seorang teman hidupmu datang dan meminta izin mengambilmu darinya. Ayah akan sangat berhati2 memberikan izin.karena ia tau laki2 itu yg nanti akan menggantikannya.

dan saat nanti Ayah melihat mu duduk di panggung pernikahan bersama seseorang yg di anggapnya pantas menggantikannya. Ayah pergi kebelakang panggung,dan menangis "tugasku telah selesai dgn baik.putri kecilku yg lucu telah menjadi wanita yg cantik"

Ayah hanya bisa menunggu kedatangan mu dan cucu2nya sesekali utk menjenguknya. Dgn rambut yg telah memutih dan badan yg tak lagi kuat utk menjagamu dari bahaya.

Ayah adalah sosok yg harus selalu terlihat kuat bahkan ketika dia tidak kuat utk tdk menangis. Harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Ayah jg orang pertama yg selalu yakin bahwa "kamu bisa" dalam hal apapun.

tersenyum dan bersyukurlah ketika kamu bisa merasakan kasih syg seorang Ayah hingga tugasnya selesai.kmu adalah salah satu org yg beruntung. Karna Ayah adalah sosok idola yang sebenarnya"


-cited from friend of mine's note-

Saturday, 21 November 2009

we are not invincible

-KUTIPAN DARI BLOG RADITYA DIKA-




Okay. Here goes, gue harus nulis ini:

Temen baik gue meninggal minggu lalu.
Temen gue dari SMA sampe sekarang.
One of the smartest friends I got.

Kabar duka itu menabrak gue tiba-tiba di tengah pagi buta, lewat sebuah SMS. Begitu gue baca SMS yang mengabarkan dia meninggal, di saat itu pula gue diem lama. It made me think. Ketika salah satu dari teman baik lo meninggal, di saat itu juga kita sadar bahwa, we are not invincible. Sebelumnya, gue selalu menganggap kematian sebagai suatu hal yang jauh dari diri gue. Gue selalu berpikir, “Well, men, gue masih 24 tahun, gue gak mungkin kenapa-kenapa! Orang jarang ada meninggal umur 24 tahun. Gue bakal mati karena tua.” Sekarang, kematian temen gue ini seperti semacam wake-up call bagi gue. Bahwa no, you are not invicible. It could be you. Umur gak ada yang tahu.

So, keesokan harinya,
I came to her funeral.

Dan sewaktu gue dateng ke pemakaman dia, ada temen-temen gue juga di sana. Di antara temen-temen gue yang dateng, ada yang enggak terlalu kenal sama dia. Ada yang udah kenal banget. Ada yang dulu temen sekelas. Ada yang emang baru deket setelah lulus. Bermacam-macam temen dateng ke sana, tapi mereka punya satu kesamaan: they wanted to see her for the last time. Mereka sayang sama temen gue itu. Mereka menyayangkan kenapa hidupnya harus selesai secepet itu.

As I sat outside, di kursi yang disediakan untuk pelayat, ada yang bilang, “Sayang banget ya, orangnya baik.” Gue sendiri bilang, “Dia bener-bener salah satu orang yang menginspirasi gue”. I know we shouldn’t talk about the dead pas lagi ngelayat. But I can’t help it. She really inspires me. Tulisan-tulisan dia witty, cerkas. Dia pintar. Gue suka banget ngobrol sama dia. Dia mengenalkan gue pada banyak penulis. And then I saw her di pembaringan, smiling peacefully. Kayak tidur nyenyak. So, this is death, my friend? Is it this peaceful?

And you know what? Duduk di antara pelayat-pelayat itu, I can’t help to wonder: gimana ya pemakaman gue nanti? Yes, kadang gue suka berkhayal, seperti apa pemakaman gue nanti. Apa banyak yang datang? Apa ada yang datang? Apa yang mereka bakal bilang tentang gue? Apa kenangan yang mereka inget tetang gue? Apa ada yang rela nyetir mobil, susah-susah parkir, untuk ngeliat gue untuk terakhir kali ya? Apa iya, ada?

Kadang gue ngerasa, kematian adalah topik yang sensitif untuk kita.
Sesuatu yang “ada” tapi selalu kita deny keberadaannya.
Living is constant denying for death.

Kita hidup di dunia ini seolah-olah kematian tidak exist. Kita makan, kita bercanda, kita karaoke, kita jatuh cinta. We forget about death. We are too busy with our distraction. But it is there. And when it hits, it hits hard. Gue udah kehilangan nenek gue. Itu sekali. Kehilangan tante gue. Itu dua kali. But I never feel this sad kehilangan temen gue yang satu ini. Gak tau kenapa. Mungkin karena gue keilangan nenek gue sewaktu gue masih kecil? Atau mungkin gue gak terlalu deket sama tante gue? Atau mungkin, temen gue ini, yang gue anggep cerdas, pinter, baik, tadinya invincible tapi akhirnya bisa juga dipanggil sama Yang Maha Kuasa? I don’t know.

Pulang dari pemakaman, nyetir mobil sendirian, gue ngerasa kecil. Gue ngerasa gue harus make something out of life. Badan ini dipinjamkan. Setiap tarikan napas, adalah satu tarikan napas lagi mendekati kematian. Kita harus ngebuat lebih banyak karya, lebih banyak menikmati hidup, lebih banyak mengambil kesempatan. Hidup ini cuman sekali. Akan sangat sayang untuk kita buang begitu aja. I have to enjoy life.

And, mungkin gue suatu hari bakalan mati, tapi gue pengen ngebuat sesuatu yang enggak bakal mati. Katanya Chuck Palahniuk, “The goal is not to life forever, but to create something that will.” Hidup terus. Dengan apa pun.

Temen gue itu,
tidak akan pernah gue lupain.

Gue juga gak mau dilupakan.
Gue gak mau hanya menjadi semacam nama yang hilang begitu saja.

Nama yang dipajang di atas semacam nisan, yang mungkin pertama-tama sering dikunjungi,
namun lama-lama semakin jarang. Hingga pada akhirnya hanya menjelang bulan puasa.
Nama di sebuah nisan yang berlumut. Usang. Bau. Ditakuti orang lewat.

Dan sewaktu hidup, gue gak mau jadi semacam jiwa yang memenuhi bumi ini,
menyesaki kota ini,
sama-sama makan, minum, berak, bicara. Untuk apa?

Gue mau jadi spesial.
Or, I wan’t to die special.

Thursday, 19 November 2009

Membawa orang yang aku Cintai

Hari ini, 19 November 2009

entah untuk keberapa kalinya aku merinding dan hampir menangis saat melihat moment ini terjadi. 

Sering sekali aku melihat terjadinya moment ini

4 kali dalam setahun, 

moment apa sih?

W I S U D A sayangku,,

moment wisuda...


Moment dimana kamu akan mengakhiri masa-masa indah dan melelahkan sebagai Mahasiswa..

moment dimana kamu akan bersorak senang sambil mengenakan baju hitam kebesaran beserta selempang kuning perah khas UGM itu 

moment dimana kamu selangkah lebih dekat menuju gerbang pengangguran atau lebih baik, gerbang kesempatan kerja menggiurkan 


Yang paling membanggakan bagiku, ini adalah moment dimana aku akan membawa orang-orang yang aku cintai ke gedung megah di tengah UGM itu..


Aku akan membawa Papa, Mama, Nhadia, Nenek Ibu, (insya Allah) lelaki pendamping ke gedung megah itu untuk melihatku mendapatkan gelar sarjana Psikologiku..




Teruntuk Papa dan Mamaku tersayang,,
aku akan berusaha keras untuk membawa kalian berjalan ke gedung itu,,
tak hanya berjalan Pa, Ma...
Nhira akan membuat kalian tersenyum bahagia dan bangga..


Nhira tak bisa menjanjikan apakah nanti akan ada selempang tambahan,,,
tidak Pa, Ma...
nhira belum bisa berjanji apa-apa untuk itu..
tetapi nhira berjanji akan mengusahakan yang terbaik untuk Papa dan Mama..




Pa, Ma,
Nhira benar-benar menantikan saat dimana Nhira menelpon papa dan mama untuk mengabarkan nhira telah lulus pendadaran..


pasti akan sangat membahagiakan,,,


Nhira pun akan sangat menantikan kedatangan Papa, Mama, Nhadia dan Nenek datang ke Yogyakarta dan berdandan serta melangkahkan kaki ke GSP kemudian kita berfoto bersama serta mengantarkan kalian semua ke Fakultasku tercinta...




Nhira sangat menantikan itu, Ya Allah...


Ya Allah,,izinkan aku untuk melakukannya..


Tuesday, 10 November 2009

sometimes pictures tell us more


sometimes, pictures tell us more than words could do...
 
the cover


  
letter for my family



  
 a song for them





 
Melbourne i'm in love


  
these kids are gorgeous



 


  
exchange students diaries



 


  
TA,,,



 

i'm such a lucky exchange student...



My story isn't the most  magnificent one,,,

My story isn't the best one,,,

but hey, it's my story
n i'm so grateful for everything i have...

because,,,seriously...
i don't need something better than this...

I LOVE it the way it is,,,

Thursday, 5 November 2009

Golden year

i got this poem about 4 years ago, when i was still an exchange student in my hosting country (Australia)...

reading it now, makes me sucked back into my GOLDEN YEAR (as i could say..)

it was once a lifetime experience for sure,,
and i will keep those memories in my mind,,
not to be cried about, but only to be memorized...

for all exchange student in this world,,
i present you this...


THE GOLDEN YEAR 
by an exchange student



"A year has past and now we stand on the brink of a returning to a world where we are surrounded by the paradox of everything and yet nothing being the same.

In one month we will reluctantly give our hugs and, fighting the tears, say goodbye to people who were once just names on a sheet of paper to return to the people we hugged and fought tears to say goodbye to, before we ever left.

We will leave our best friends to return to our best friends.

We will go back to the places we came from and go back to the same things we did last summer and every summer before.

We will come into town on that same familiar road, and although it has been months, it will seem like only yesterday.

As you walk into your old bedroom, every emotion will pass through you as you reflect on the way your life has changed and the person you have become.

You suddenly realize that things that were the most important to you

a year ago, don´t seem to matter so much anymore, and the things you hold highest now, no one at home will completely understand.

Who will you call first?

What will you do your first weekend at home with your friends?

Where are you gonna work?

Who will be at the party on Saturday night?

What has everyone been up to in the past few months?

How long will be before you acctually start missing people barging in without calling or knocking?

Then you start to realize how much things have changed, and you realize the hardest part of being an exchange student is to balance the two completely different worlds you now live in, trying desperately to hold on to everything while trying to figure out what you have left behind.

We now know the meaning of true friendship.

We know who we have kept in touch with over the past year and who
we hold dearest to our hearts.

We've left our worlds to deal with the real world.

We've had our hearts broken, we've fallen in love, we've helped our best friends overcome eating disorders, depression, stress, and death.

We've lit candles at the grotto and we've stayed up all night on the phone just to talk to a friend in need.

There have been times when we've felt so helpless being hours away from home when you know your family or  friends needed you the most, and there have been times when we know we have made a difference.

Two months from now we will leave.

Two months from now we will take down our pictures and pack up our clothes.

No more going next door to do nothing for hours on end.

We will leave our friends whose random emails and phone calls brought us to laughter and tears this summer, and hopefully years to come.

We will take our memories and dreams and put them away for now,saving them for our return to this world.

Two months from now we will unpack our bags and have dinner with our families

We will drive over to our best friend's house to do nothing for hours on end.

We will return to the same friends whose random emails and phone calls have brought us to laughter and tears over the year.

We will unpack old dreams and memories that have been put away for the past year.

In two months we will dig deep inside to find the strength and conviction to adjust to change and still keep each other close.

And somehow, in some way find our place between these two worlds.

In two months....are you ready?"



it's been way long ago since i was staying in Albany, Australia. 

Still, i can remember each details of it. 

Those memories will always be in my heart forever

Monday, 2 November 2009

Ya Allah

Ya Allah,,
beri selalu Nhira ketenangan batin ya Allah..

Ya Allah,,
jauhkan segala rasa ketidaknyamanan ini dari hati Nhira ya Allah..

Ya Allah,,
enyahkan rasa muak yang menyiksa ini dari batin Nhira ya Allah..

Ya Allah,,
berikanlah selalu kelapangan pada hati yang hari demi hari terasa makin sempit ini 

Ya Allah,,
Jauhkan siapapun yang berniat tidak baik padaku


Ya Allah,,
lapangkanlah jalanku untuk menapaki rencana-rencana indahMu


Ya Allah,,
terangkanlah pikiran ini agar aku tak lagi salah berpikir


Ya Allah,,
aku pun berserah padaMu..


apa yang menurutmu terbaik, silahkanlah datang padaku


hati ini akan berusaha ikhlas menerima segalanya