Friday, 14 May 2010

anything i'm not


I will never be, I will never be tall, no
And I will never be, never ever be sure of it all
Oh, why is the world so cruel to me
When all, all I ever want to be is anything I'm not

Gimme a break, a little escape
I am so tired of being me
I wanna be free, I wanna be new and different
Anything I'm not

I will never be, I will never be you, no
I will always be, I will always be me, that I know
But oh, even though I'm happy being me
I want to get away from all this harsh reality, oh

Gimme a break, a little escape

I am so tired of being me
I wanna be free, I wanna be new and different

Anything I'm not (Lenka, Anything I'm Not)

Sebaris lagu Lenka di atas mungkin adalah lirik yang tepat untuk menggambarkan perasaan tak nyaman yang (unbelievably) sering muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Hal yang wajar menurut aku, karena berdasarkan teori Rogers, tiap individu pasti punya dua macam diri yaitu ideal self dan real self. Real self adalah diri kita sebenarnya yang berasal dari aktualisasi diri kita dan kita kembangkan sendiri melalui penghargaan positif kita sendiri. sedangkan ideal self adalah diri yang kita inginkan dan biasanya dibentuk oleh masyarakat serta muncul karena adalah penghargaan diri yang bersyarat dari diri kita sendiri. 

Yang membuat keadaan makin rumit adalah, bila si ideal self ini terlalu menguasai real self, individu tak akan dapat berfungsi optimal sebagai seutuhnya manusia. karena yang ada di pikirannya ia selalu salah dan menganggap bahwa dirinya tak berguna dan hal paling ekstrem yang mungkin terjadi adalah dia tak lagi mampu melihat diri secara objektif. ia hanya mampu melihat "bayangan" dirinya dalam satu ilusi yang mendekati kenyataan pun tidak. ia menganggap dirinya terlalu sempurna dan mulai muncul waham-waham yang makin mendekatkan dirinya pada diagnosis penderita psikosis (gangguan jiwa).    

Terkadang ada saatnya lingkungan begitu menentang kita. Seakan lingkungan menuntut kita untuk menjadi seseorang yang sebenarnya bukan kita. Parahnya lagi, lingkungan ini bukanlah lingkungan sembarangan, melainkan lingkungan terdekat kita, yang meliputi orang-orang yang begitu kita sayang dan cintai. 

Lalu?

Perlu kah teriak  aku bukan robot yang kalau diperintah langsung jalan tau!!!
i know we might have the URGE to cry for that out loud,, 
but hey, wont solve any problems though. 

I -personally- have been in that kinda situation for many times. Bahkan terkadang, diri aku sendiri yang menuntut untuk menjadi seperti orang lain. orang yang bisa begini dan begitu,, pokoknya yang anything i'm not lah. trus gimana? 
 Ya kadang sakit hati sendiri lah,, 
Diri kita sendiri malah mempertanyakan dan menuntut. Berasa punya musuh dalam diri nggak sih?

Well, this is life my friends. Welcome to the Jungle.
Salahkah kalau yang kejadian seperti itu?
Kalau kamu Tanya aku, justru bila diri kita sendiri mempertanyakan berbagai hal, membawa berbagai tuntutan yang banyaknya minta ampun, hal yang harusnya kamu lakukan adalah BERSYUKUR.
Bersyukur karena dirimu masih bisa Jujur pada diri sendiri. Dengan jujur inilah kamu bisa makin mengenali diri kamu sendiri dan tahu apa yang dirimu inginkan dan rasakan.

Yang selanjutnya harus kamu lakukan adalah mengelola keinginan dan perasaan kamu.  
Bagaimana caranya?
I know you know it better than me J




1 comment:

  1. We will understand ourself when we know what is target of our life
    Need an opportunity and good motivation to succeed in University of Life.
    Check out my notes in FB with title
    Ngapain eksis?

    ReplyDelete