Monday, 3 May 2010

Renungan dari pojok kalasan

Terima kasih ya Allah karena Engkau telah kembali "menyentil" ku melalui mahluk ciptaan Mu
rasanya hanya kalimat ini yang mampu aku ucapkan sesaat setelah aku selesai berkunjung ke Panti Asuhan Cacat Ganda Sayap Ibu Kalasan. 

Kunjungan ini dilakukan oleh anak-anak kelas Psikologi Anak dan Remaja Berkebutuhan Khusus. Tugas kami pada kunjungan ini hanyalah melakukan OBSERVASI. melihat bagaimana mereka menjalani kehidupan sehari-hari di panti ini. suatu tugas yang sederhana, tapi ternyata membawa makna yang begitu dalam bagi kami, terutama bagi ku. 




Sabtu, 1 Mei 2010
Tepat pukul 9.40, tak lebih dari 12 perempuan berbondong-bondong menyemuti jalan-jalan dari Psikologi UGM menuju Kalasan. Tujuan para perempuan ini adalah satu tempat yang terletak di pinggir kalasan. satu tempat tak begitu besar tapi ternyata menyimpan berbagai harapan besar yang hanya bisa terjawab oleh waktu dan tentunya kehendak Allah SWT. 

Namanya Panti Asuhan Cacat Ganda Sayap Ibu. Tempat ini dihuni sekitar 28 anak yang menyandang lebih dari 1 ketunaan dalam dirinya. sebut saja ketunaan yang mungkin diderita seorang anak, panti ini pasti akan menunjukkan padamu (paling tidak) 1 anak yang menyandang ketunaan ini. 

Tuna netra ? CHECKED..
Tuna rungu ? CHECKED..
Mental Retarded ? CHECKED..
Tuna wicara ? CHECKED..
Cerebral palcy ? CHECKED..
Autis ? CHECKED..
Hiperaktif ? CHECKED..
Hipoaktif ? CHECKED..

apa lagi?? pernah dengar Hydrocephalus? Belum?? Pernah?? Bukan masalah kalian pernah dengar atau tidak, tapi panti ini pun MEMILIKI seorang balita yang menyandang penyakit ini. 


Kedatangan kami disambut oleh seorang pegawai panti yang langsung memboyong kami untuk menikmati keadaan panti di tempat yang lumayan rindang sembari mendengarkan penjelasannya tentang kehidupannya sebagai perngurus panti. Sesuatu yang sebenarnya sudah cukup untuk membuat hatiku teriris. 

Mendengar bagaimana para orang-orang hebat (mengutip kata-kata bu Indati "orang-orang dengan tujuan Surga") ini tanpa kenal lelah merawat para anak-anak yang selalu butuh perhatian lebih dan bahkan sebagian dari anak-anak ini pun tak akan mampu memanggil nama pengasuh mereka dengan panggilan sayang. 

Aku pikir, melihat para anak-anak ini mau melakukan apa yang mereka suruh saja tampaknya adalah berkah terindah bagi para pengurus panti ini. 



Berjalan menyusuri lorong-lorong panti ini, melihat beberapa anak yang tampak normal bermain serta menyongsong kami untuk kemudian meminta tangan kami untuk mereka cium serasa membangkitkan satu rasa yang tak dapat aku gambarkan lebih jauh. 


Hebat... 
Anak-anak yang mungkin dipandang sebelah mata oleh masyarakat malah mampu memberikan penghormatan kepada orang - orang yang lebih tua. 



Memasuki bangsal pertama, kami langsung disuguhi pemandangan seorang anak yang berbaring di box tempat tidur dengan mata terpejam tapi terus bergerak seakan tak kenal lelah. ternyata anak ini menderita tuna netra dan hiperaktif. 
ini dia baru bisa agak tenang setelah kami beri obat. biasanya kalau dia lagi tantrum, susah sekali diatasi bahkan sampai dia tidak bisa tidur. 


Hhh,,,kami hanya bertukar pandang dan tak sedikit dari kami yang mengelus dada pelan. 
Kami pun terus menuju ke ruangan sebelah. disini kami bahkan disuguhi pemandangan yang begitu menguras emosi. kalau waktu itu tidak ada begitu banyak orang disana, mungkin aku akan menangis. 


dia kami ambil dari satu RS Swasta. Ditinggal ibunya dalam keadaan yang sangat menggenaskan.
 begitu bu retno membuka penjelasannya tentang keadaan anak ini. aku pun melongokkan kepala dan yang aku lihat adalah seorang balita berumur 2 tahun dengan kepala yang luar biasa besar. Yup, inilah anak yang aku katakan menderita Hydrocephalus. 


untuk ukuran anak 2 tahun, tubuh anak ini sangaaaaaaaaattt kecil. sangat tak sesuai dengan ukuran kepalanya yang besar. ternyata selain menderita Hydrocephalus, anak ini juga menderita Cerebral Palcy Spastik, dimana penderitanya hanya mampu diam dan tak mampu bergerak bebas. semua anggota tubuhnya kaku dan tak mampu digerakkan. anak ini pun hanya mampu menggenggam tangannya sendiri dan gemetar. sebagai tambahan, matanya pun tak mampu melihat lagi dan telinganya tak mampu mendengar suara apapun. 


Bu Indati pun lalu memainkan mainan berbunyi yang ditaruh di bagian atas box tempat tidurnya. tak ada sedikit pun tanda anak ini mampu merespon stimulus yang diberikan. 


ya Allah,,, apa tujuanmu mengirimkan anak ini di dunia? Sejenak aku mempertanyakan keputusan Allah pada mahluk nan lucu ini. 


Kembali kami bergerak menuju ruangan lain, dimana kami melihat anak-anak yang menderita tuna netra beserta gangguan lainnya. sebagian besar anak-anak ini hanya mampu tidur di tempat tidur dan tak merespon stimulus apapun. Bahkan, ada 1 anak ganteng yang menyandang 3 ketunaan sekaligus. Tuna netra, wicara dan rungu. 
Ya Allah,, mengapa mereka harus hidup dengan keadaan seperti ini? kembali hatiku bertanya

Ya Allah,,Apa memang mereka hidup di dunia ini hanya untuk diam dan dirawat di panti ini?
walaupun sebagian anak-anak di panti ini hanya mampu diam di satu tempat. sebagian anak lainnya tergolong anak-anak yang aktif. ada anak yang menderita retardasi mental dan masih mampu berceloteh riang serta mengajak kami kenalan dan menanyakan banyak hal pada kami. 


ada pula anak yang terkesan normal, tapi setelah diperhatikan ia menderita cacat tubuh ringan. 


Sesaat aku memperhatikan tingkah polah mereka lebih lama. Saat itu ada 3 orang anak panti yang umurnya tak lagi dapat dibilang muda. 

1 orang lelaki yang katanya berumur 24 tahun hanya bisa duduk di atas kursi roda nya dengan tangan kanan memegang tangan kirinya tanpa dapat digerakkan bebas. ternyata ia menderita cerebral palcy spastik. badannya sangat kecil bila dibandingkan dengan pemuda berumur 24 tahun pada umumnya. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan secara monoton. Wajahnya pun menampakkan emosi datar walaupun sesekali dahinya berkerut. Berpikir kah? Aku tak tahu.. Ingin rasanya memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang, sehingga aku dapat mengerti apa yang sebenarnya ia ingin teriakkan pada dunia...
apa yang ingin kamu katakan pada Dunia, teman? 


Lelaki lainnya duduk bersebelahan dengan lelaki pertama. ia berumur 19 tahun. Terlihat ada beberapa luka di kulitnya. Kedua tangannya diletakkan erat di belakang punggungnya. Aku pikir ia diikat oleh pengasuhnya, tapi ternyata tangannya tak terikat oleh apapun. ia sendiri yang mengaitkan kedua tangannya. Kepalanya pun bergerak monoton dan sesekali terdengar lenguhan keras dari bibirnya. lelaki ini ternyata menderita autisme-hiperaktif. 


Di depan lelaki ini, terlihat seorang lelaki lain yang duduk di lantai dengan tangan terikat. ia ternyata anak yang mengikat dirinya sendiri, karena ia menderita autisme-hiperaktif. 


Di perjalanan pulang, otakku yang suka random ini kembali mengingat berbagai kejadian di panti sayap Ibu. mengingat keadaan sebagian besar anak-anak panti yang hanya bisa diam di atas tempat tidur dan menunggu kedatangan orang lain untuk merawatnya, memberinya makan, memandikan, dan menyayanginya. intinya, mereka hanya MENUNGGU!!!. Bahkan satu hal yang langsung terlintas di pikiranku 
apakah mereka hadir di dunia ini hanya untuk menunggu nyawanya diambil kembali oleh Allah SWT?


Setiap manusia pasti memiliki misi khusus mengapa mereka ada di Dunia. Tanya dirimu, apa yang ingin kamu lakukan di Dunia ini? Apa yang mau kamu lakukan bagi orang-orang sekitarmu? and once you said yours, you know how to accomplish it, don't you? 

Lalu, bagaimana bila kita tanyakan hal ini pada anak-anak panti sayap ibu? Apakah mungkin mereka memiliki misi khusus dalam hidup mereka selain untuk bertahan hidup? Bagaimana mungkin anak-anak yang bahkan merawat dirinya sendiri tak bisa, berani berpikir untuk melakukan sesuatu bagi orang lain? Sungguh pemikiran ini begitu memenuhi benak ku saat itu. 

Tak ayal, aku pun mengingat pertanyaanku kepada Allah. Mengapa Allah menciptakan mereka? 

Aku yakin Allah tak pernah melakukan sesuatu hanya karena Ia iseng. semua pasti ada alasannya. Tapi apa? 

Diam...

Diam...

dan Hanya diam yang ada...


Tanpa sadar ada satu pemahaman baru yang masuk dalam pemikiranku. 
Kalau memang manusia normal mengemban misi untuk menolong sesama, maka teman-teman di panti ini mengemban misi yang sama mulia nya. misi mereka adalah untuk menyentuh jiwa-jiwa terpilih agar jiwa-jiwa ini dapat tergerak dan membantu sesama.

Inilah jawabannya,,, 
Jawaban bahwa memang Allah itu adil. 

Last word my Friend, 
Kalau teman-teman di Sayap Ibu itu mampu menjalankan misi mereka pada beberapa orang. Lalu kapan saatnya kita yang menyebut diri kita manusia normal untuk bergerak dan menebar lebih banyak manfaat bagi sesama? 

Regards 
Nhira
 

2 comments:

  1. wah, jadi tertarik untuk menelaah misiku ada di dunia ini apa.

    ReplyDelete
  2. Wah,
    aQ jAdi MaU mAiN2 ke SaYAp Ibu nicH

    ReplyDelete