Tuesday 11 May 2010

Suatu hari nanti, saat Saya ...


Membahas berbagai teori tentang konseling keluarga dan perkawinan tak urung membuat saya menjadi lebih banyak berpikir akan keluarga ideal ala saya sendiri. Untuk itu, tak salah kiranya bila saya mencoba memikirkan hal-hal apa yang saya inginkan, idam-idamkan dan berupaya lakukan saat saya memiliki keluarga kecil di kemudian hari.
            Saat saya menikah nanti, saya ingin agar saya dan suami saya telah memutuskan mengenai akan dibawa kemana mahligai perkawinan kami nantinya. Hal-hal yang kami kira penting dalam pernikahan seperti bagaimana kami akan membiayai kehidupan keluarga kami, bagaimana kami akan menghabiskan pendapatan per bulan kami untuk beberapa pos rumah tangga dan keluarga, dimana kami akan tinggal, berapa anak yang ingin kami miliki, peraturan-peraturan khusus keluarga kami (baik itu menyangkut tentang privasi, pekerjaan, manajemen konflik, hubungan dengan orang tua dan keluarga asal, dll) sudah harus kami bicarakan sebelum kami sama-sama bersedia untuk melangkah ke satu fase baru dalam kehidupan kami masing-masing.
Saat saya menikah nanti pun, saya akan selalu berusaha untuk menjaga alur komunikasi yang baik dan selalu jujur atas apa yang saya rasakan pada suami. Mengingat saya adalah orang yang tidak enakan pada orang lain dan cenderung ingin selalu menyenangkan orang lain, saya harap hal ini tak akan terjadi antara saya dan suami saya kelak. Bagaimanapun ia adalah sosok yang akan selalu bersama saya sampai (insya Allah) maut memisahkan. Hal yang mustahil bila saya harus terus berusaha menyenangkannya tapi di sisi lain saya menderita. Saya ingin ada keseimbangan dalam hubungan kami, sehingga hari-hari pernikahan kami akan kami lalui dengan bahagia.
Saat saya menikah nanti, saya ingin kami tinggal di rumah kami sendiri. Di tempat dimana kami bisa menyusun masa depan kami sendiri, menetapkan aturan kami sendiri tanpa ada intervensi langsung dari siapapun, tempat kami bisa melakukan berbagai hal bersama dan semakin mengenali satu sama lain, tempat kami bisa menanam berbagai macam tanaman (pastinya harus ada bunga matahari di taman kami), serta merancang berbagai interior untuk kamar kami, perpustakaan mini, dapur yang nyaman, ruang keluarga yang akan menjadi tempat kami menghabiskan hari dan tak lupa, kamar buah hati kami nantinya.
Saat saya menikah nanti, saya ingin saya dan suami memiliki peran yang setara dalam rumah. Kami tak akan mempermasalahkan gender bila tiba saatnya kami harus mengurus rumah, mengatur hal-hal rumah tangga, apalagi mengasuh anak. Saya ingin kedudukan kami setara tanpa menafikkan beberapa situasi yang menuntut suami untuk lebih berperan. Saya pun akan berusaha untuk tidak menuntut suami untuk melakukan hal-hal tertentu hanya karena dia adalah suami dan kepala keluarga. Hal ini saya lakukan agar ia tidak terbebani akan perannya sebagai suami, karena saya sadar bahwa laki-laki adalah manusia biasa yang tak harus selalu sempurna. Hal yang wajar bila beberapa kriteria lelaki ideal tak ia miliki dan tugas seorang wanita (apalagi istri) bukanlah menjadi seorang pemaksa yang hanya mendorong suami untuk memenuhi berbagai kriteria tersebut, melainkan untuk menerima lelaki itu sebagai suami kita dengan segala kelebihan dan kelemahannya.
Beralih saat saya dan suami memiliki anak nanti. Saat saya memiliki anak nanti, hal pertama yang akan saya dan suami lakukan adalah menjaga anak kami sejak dari dalam kandungan. Menimba ilmu di Psikologi selama hampir 3 tahun terakhir ini cukup memberi saya pengetahuan bahwa masa kehamilan (pranatal) adalah masa-masa krusial, terutama di masa trimester pertama. Harus benar-benar ada penjagaan terhadap janin agar tidak ada kerusakan otak yang nantinya dapat menjadikan anak lahir dengan berbagai ketunaan serta gangguan lainnya. Selain melakukan berbagai tindakan preventif, tak lupa kami sebagai orang tua pun harus membekali janin dengan berbagai doa serta lantunan ayat-ayat suci agar nantinya ia selalu diberi berkah, rahmat dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Saat buah hati telah lahir, saya akan belajar untuk menjadi ibu yang mampu untuk menunjukkan afeksi saya pada anak saya. Saya ingin leluasa mencium, memeluk, membelai kepalanya, serta memujinya tanpa merasa malu ataupun jengah.
Saat saya memiliki anak nanti, saya pun ingin agar saya dan suami dapat berperan sebagai orang tua sekaligus sahabat bagi anak-anak kami. Saya tak ingin menjadi orang tua yang hanya tahu perihal anak-anak saya dari pembantu, supir, guru apalagi tetangga kami. Kami ingin jadi orang tua yang selalu ada disaat anak kami butuh tanpa harus mengekangnya dengan berbagai larangan dan perintah. Kami ingin anak-anak kami menjadi seseorang yang memiliki kepribadian dan selalu bertanggung jawab akan apapun yang ia lakukan.
Saat saya memiliki anak nanti, saya pun ingin menerapkan satu sistem keluarga (termasuk pendidikan) yang mendewasakan kami semua sebagai anggota keluarga. Semua anggota keluarga bebas berpendapat, selama mereka mampu mempertanggung jawabkan seluruh pendapatnya dan tetap menghormati anggota keluarga lainnya. Diharapkan dengan hal ini, semua anggota keluarga merasa bahwa rumah yang mereka tempati adalah tempat dimana mereka bisa pulang kapanpun mereka inginkan tanpa harus merasa terbebani.
Saat saya memiliki anak nanti pun, saya dan suami harus memiliki waktu luang setiap minggu untuk dihabiskan bersama dengan keluarga. Tak perlu dengan kuantitas banyak, yang penting kualitasnya. Selama periode 1 semester pun, saya dan suami harus menyempatkan waktu untuk berlibur bersama. Agar kami dapat menjauhkan pikiran dari berbagai rutinitas dan stress yang terjadi. Saya pun akan mengajaknya untuk dekat dengan keluarga serta kerabat dari pihak saya dan pihak suami. Sehingga anak-anak saya tak akan pernah sendiri dan selalu tahu bahwa banyak sekali keluarga dan teman yang sayang dan peduli padanya dan tak lupa, selalu ada banyak hal yang dapat dipelajari dari berbagai manusia yang telah ditemui.
Saat saya memiliki anak nanti, saya tidak akan pernah memaksakan kehendak saya sebagai orang tua, apalagi bila hal ini menyangkut masa depannya. Sejak dini, saya akan ajarkan anak saya untuk mengambil keputusan akan hidupnya, entah itu memilih baju, peralatan sekolah, kegiatan yang ia ingin ikuti, serta sekolah. Saya sebagai orang tua hanya akan memfasilitasi anak pada hal-hal apa yang menjadi bakat dan minatnya tanpa berniat untuk mencampuri 100% kehidupannya.
Begitu banyak cita-cita dan bayangan saya tentang apa yang akan saya lakukan disaat nanti akhirnya saya menikah dan memiliki anak. Semoga beberapa tahun kedepan saat keluarga kecil saya telah terbentuk, saya mampu tersenyum bahagia dan mengucap syukur karena tulisan yang berawal dari angan-angan ini akhirnya mampu terwujud. Amin :)



1 comment: